Entri Populer

Sabtu, 12 Maret 2016

Kerajaan Islam || Kerajaan Mataram Islam

A. Awal perkembangan Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Para raja yang pernah memerintah di Kerajaan Mataram yaitu :Penembahan Senopati (1584-1601), Panembahan Seda Krapyak (1601-1677).
Dalam sejarah Islam,Kesultanan mataram memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan secara kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (Indonesia). Hal ini terlihat dari semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para penduduk daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga pengembangan kebudayaan yang bercorak islam di Jawa.
Pada awalnya daerah mataram dikuasai kesultanan pajang sebagai balas jasa atas perjuangan dalam mengalahkan Arya Penangsang. Sultan Hadiwijaya menghadiahkan daerah mataram kepada Ki Ageng Pemanahan. Selanjutnya, oleh ki Ageng Pemanahan Mataram dibangun sebagai tempat permukiman baru dan persawahan.
Akan tetapi, kehadirannya di daerah ini dan usaha pembangunannya mendapat berbagai jenis tanggapan dari para penguasa setempat. Misalnya, Ki Ageng Giring yang berasal dari wangsa Kajoran secara terang-terangan menentang kehadirannya. Begitu pula ki Ageng tembayat dan Ki Ageng Mangir. Namun masih ada yang menerima kehadirannya, misalnya ki Ageng Karanglo. Meskipun demikian, tanggapan dan sambutan yang beraneka itu tidak mengubah pendirian Ki Ageng Pemanahan untuk melanjutkan pembangunan daerah itu. ia membangun pusat kekuatan di plered dan menyiapkan strategi untuk menundukkan para penguasa yang menentang kehadirannya.
Pada tahun 1575, Pemahanan meninggal dunia. Ia digantikan oleh putranya, Danang Sutawijaya atau Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Di samping bertekad melanjutkan mimpi ayahandanya, ia pun bercita-cita membebaskan diri dari kekuasaan pajang. Sehingga, hubungan antara mataram dengan pajang pun memburuk.Hubungan yang tegang antara sutawijaya dan kesultanan Pajang akhirnya menimbulkan peperangan. Dalam peperangan ini, kesultanan pajang mengalami kekalahan. Setelah penguasa pajak yakni hadiwijaya meninggal dunia (1587), Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi raja Mataram dengan gelar penembahan Senopati Ing Alaga. Ia mulai membangun kerajaannya dan memindahkan senopati pusat pemerintahan ke Kotagede. Untuk memperluas daerah kekuasaanya, penembahan senopati melancarkan serangan-serangan ke daerah sekitar. Misalnya dengan menaklukkan Ki Ageng Mangir dan Ki Ageng Giring.
Daerah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam
daerah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam
Pada tahun 1590, penembahan senopati atau biasa disebut dengan senopati menguasai madiun, yang waktu itu bersekutu dengan surabaya. Pada tahun 1591 ia mengalahkan kediri dan jipang, lalu melanjutkannya dengan penaklukkan Pasuruan dan Tuban pada tahun 1598-1599.
Sebagai raja islam yang baru, panembahan senopati melaksanakan penaklukkan-penaklukan itu untuk mewujudkan gagasannya bahwa mataram harus menjadi pusat budaya dan agama islam, untuk menggantikan atau melanjutkan kesultanan demak. Disebutkan pula dalam cerita babad bahwa cita-cita itu berasal dari wangsit yang diterimanya dari Lipura (desa yang terletak di sebelah barat daya Yogyakarta). Wangsit datang setelah mimpi dan pertemuan senopati dengan penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul, ketika ia bersemedi di Parangtritis dan Gua Langse di Selatan Yogyakarta. Dari pertemuan itu disebutkan bahwa kelak ia akan menguasai seluruh tanah Jawa.

B. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang dianut Kerajaan mataram islam adalah sistem Dewa-Raja. Artinya pusat kekuasaan tertinggi dan mutlak adaa pada diri sultan. Seorang sultan atau raja sering digambarkan memiliki sifat keramat, yang kebijaksanaannya terpacar dari kejernihan air muka dan kewibawannya yang tiada tara. Raja menampakkan diri pada rakyat sekali seminggu di alun-alun istana.
Selain sultan, pejabat penting lainnya adalah kaum priayi yang merupakan penghubung antara raja dan rakyat. Selain itu ada pula panglima perang yang bergelar Kusumadayu, serta perwira rendahan atau Yudanegara. Pejabat lainnya adalah Sasranegara, pejabat administrasi.
Dengan sistem pemerintahan seperti itu, Panembahan senopati terus-menerus memperkuat pengaruh mataram dalam berbagai bidang sampai ia meninggal pada tahun 1601. ia digantikan oleh putranya, Mas Jolang atau Penembahan Sedaing Krapyak (1601 – 1613). Peran mas Jolang tidak banyak yang menarik untuk dicatat. Setelah mas jolang meninggal, ia digantikan oleh Mas Rangsang (1613 – 1645). Pada masa pemerintahannyalah Mataram mearik kejayaan. Baik dalam bidang perluasan daerah kekuasaan, maupun agama dan kebudayaan.
Pangeran Jatmiko atau Mas Rangsang Menjadi raja mataram ketiga. Ia mendapat nama gelar Agung Hanyakrakusuma selama masa kekuasaan, Agung Hanyakrakusuma berhasil membawa Mataram ke puncak kejayaan dengan pusat pemerintahan di Yogyakarta. Gelar “sultan” yang disandang oleh Sultan Agung menunjukkan bahwa ia mempunyai kelebihan dari raja-raja sebelumnya, yaitu panembahan Senopati dan Panembahan Seda Ing Krapyak. Ia dinobatkan sebagai raja pada tahun 1613 pada umur sekitar 20 tahun, dengan gelar “Panembahan”. Pada tahun 1624, gelar “Panembahan” diganti menjadi “Susuhunan” atau “Sunan”. Pada tahun 1641, Agung Hanyakrakusuma menerima pengakuan dari Mekah sebagai sultan, kemudian mengambil gelar selengkapnya Sultan Agung Hanyakrakusuma Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman.
Karena cita-cita Sultan Agung untuk memerintah seluruh pulau jawa, kerajaan Mataram pun terlibat dalam perang yang berkepanjangan baik dengan penguasa-penguasa daerah, maupun dengan kompeni VOC yang mengincar pulau Jawa.
Pada tahun 1614, sultan agung mempersatukan kediri, pasuruan, lumajang, dan malang. Pada tahun 1615, kekuatan tentara mataram lebih difokuskan ke daerah wirasaba, tempat yang sangat strategis untuk menghadapi jawa timur. Daerah ini pun berhasil ditaklukkan. pada tahun 1616, terjadi pertempuran antara tentara mataram dan tentara surabaya, pasuruan, Tuban, Jepara, wirasaba, Arosbaya dan Sumenep. Peperangan ini dapat dimenangi oleh tentara mataram, dan merupakan kunci kemenangan untuk masa selanjutnya. Di tahun yang sama Lasem menyerah. Tahun 1619, tuban dan Pasuruan dapat dipersatukan. Selanjutnya mataram berhadapan langsung dengan Surabaya. Untuk menghadapi surabaya, mataram melakukan strategi mengepung, yaitu lebih dahulu menggempur daerah-daerah pedalaman seperti Sukadana (1622) dan Madura (1624). Akhirnya, Surabaya dapat dikuasai pada tahun 1625.
Dengan penaklukan-penaklukan tersebut, Mataram menjadi kerajaan yang sangat kuat secara militer. Pada tahun, 1627, seluruh pulau jawa kecuali kesultanan Banten dan wilayah kekuasaan kompeni VOC di Batavia ttelah berhasil dipersatukan di bawah mataram. Sukses besar tersebut menumbuhkan kepercayaan diri sultan agung untuk menantang kompeni yang masih bercongkol di Batavia. Maka, pada tahun 1628, Mataram mempersiapkan pasukan di bawah pimpinan Tumenggung Baureksa dan Tumenggung Sura Agul-agul, untuk mengempung Batavia.
Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan tumenggung Baureksa gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat menyusun kekuatan yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada pada 1629, pasukan Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng Juminah, Ki Ageng Purbaya, ki Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan terhadap benteng Hollandia, Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan ini kembali dapat dipatahkan, hingga menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur pada tahun itu juga. Selanjutnya, serangan mataram diarahkan ke blambangan yang dapat diintegrasikan pada tahun 1639.
Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan tumenggung Baureksa gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat menyusun kekuatan yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada pada 1629, pasukan Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng Juminah, Ki Ageng Purbaya, ki Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan terhadap benteng Hollandia, Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan ini kembali dapat dipatahkan, hingga menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur pada tahun itu juga. Selanjutnya, serangan mataram diarahkan ke blambangan yang dapat diintegrasikan pada tahun 1639.
Bagi Sultan Agung, Kerajaan Mataram adalah kerajaan islam yang mengemban amanat Tuhan di tanah Jawa. Oleh sebab itu, struktur serta jabatan kepenghuluan dibangun dalam sistem kekuasaan kerajaan. Tradisi kekuasaan seperti sholat jumat di masjid, grebeg ramadan, dan upaya pengamanalan syariat islam merupakan bagian tak terpisahkan dari tatanan istana.
Sultan agung juga berprediksi sebagai pujangga. Karyanya yang terkenal yaitu kitab Serat Sastra Gendhing. Adapun kitab serat Nitipraja digubahnya pada tahun 1641 M. Serat sastra Gendhing berisi tetang budi pekerti luhur dan keselarasan lahir batin. Serat Nitipraja berisi tata aturan moral, agar tatanan masyarakat dan negara dapat menjadi harmonis. Selain menulis, Sultan Agung juga memerintahkan para pujangga kraton untuk menulis sejarah babad tanah Jawi.
Di antara semua karyanya , peran sultan agung yang lebih membawa pengaruh luas adalah dalam penanggalan. Sultan agung memadukan tradisi pesantren islam dengan tradisi kejawen dalam perhitungan tahun. Masyarakat pesantren biasa menggunakan tahun hijriah, masyarakat kejawen menggunakan tahun Caka atau saka. Pada tahun 1633, Sultan Agung berhasil menyusun dan mengumumkan berlakunya sistem perhitungan tahun yang baru bagi seluruh mataram. Perhitungan itu hampir seluruhnya disesuaikan dengan tahun hijriah, berdasarkan perhitungan bulan. Namun, awal perhitungan tahun jawa ini tetap sama dengan tahun saka, yaitu 78 m. Kesatuan perhitungan tahun sangat penting bagi penulisan serat babad. Perubahan perhitungan itu merupakan sumbangan yang sangat penting bagi perkembangan proses pengislaman tradisi dan kebudayaan jawa yang sudah terjadi sejak berdirinya kerajaan demak. Hingga saat ini, sistem penanggalan ala sultan Agung ini masih banyak digunakan.
Sejak masa sebelum sultan Agung pembangunan non-militer memang telah dilakukan. Satu yang layak disebut, panembahan Senopati menyempurnakan bentuk wayang dengan tatanan gempuran. Setelah zaman senopati, mas jolang juga berjasa dalam kebudayaan, dengan berusaha menyusun sejarah negeri demak, serta menulis beberapa kitap suluk. Misalnya Sulu Wujil (1607 M) yang berisi wejangan Sunan bonang kepada abdi raja majapahit yang bernama Wujil. Pangeran Karanggayam juga menggubah Serat Nitisruti (1612 m) pada masa mas jolang.
Menjelang akhir hayatnya. Sultan Agung menerapkan peraturan yang bertujuan mencegah perebutan tahta, antara keluarga raja dan putra mahkota. Di bawah kepemimpinan Sultan Agung, Mataram tidak hanya menjadi pusat kekuasaan, tapi juga menjadi pusat penyebaran islam.

C. Kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan Sultan Agung
Kemajuan yang dicapai meliputi kemajuan di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya, yaitu :

a. Bidang Politik
Kemajuan politik yang dicapai Sultan Agung adalah menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa dan menyerang Belanda di Batavia.
a. Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam

Sultan Agung berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Usaha inidimulai dengan menguasai Gresik, Jaratan, Pamekasan, Sumenep, Sampang,Pasuruhan, kemudian Surabaya. Salah satu usahanya mempersatukan kerajaan Islamdi Pulau Jawa ini ada yang dilakukan dengan ikatan perkawinan. Sultan Agung mengambil menantu Bupati Surabaya Pangeran Pekik dijodohkan dengan putrinya yaitu Ratu Wandansari
b. Anti penjajah Belanda

Sultan Agung adalah raja yang sangat benci terhadap penjajah Belanda. Hal ini terbukti dengan dua kali menyerang Belanda ke Batavia, yaitu yang pertama tahun 1628 dan yang kedua tahun 1629. Kedua penyerangan ini mengalami kegagalan.Adapun penyebab kegagalannya, antara lain:
- Jarak yang terlalu jauh berakibat mengurangi ketahanan prajurit mataram. Mereka harus menempuh jalan kaki selama satu bulan dengan medan yang sangat sulit.
- Kekurangan dukungan logistik menyebabkan pertahanan prajurit Mataram di Batavia menjadi lemah.
- Kalah dalam sistem persenjataan dengan senjataa yang dimiliki kompeni Belanda yang serba modern.
- Banyak prajurit Mataram yang terjangkit penyakit dan meninggal, sehingga semakin memperlemah kekuatan.
- Portugis bersedia membantu Mataram dengan menyerang Batavia lewat laut,sedangkan Mataram lewat darat. Ternyata Portugis mengingkari. Akhirnya Mataram dalam menghadapai Belanda tanpa bantuan Portugis.
- Kesalahan politik Sultan Agung yang tidak menadakan kerja sama dengan Banten dalam menyerang Belanda. Waktu itu mereka saling bersaing.
- Sistem koordinasi yang kurang kompak antara angkatan laut dengan angkatan darat. Ternyata angkatan laut mengadakan penyerangan lebih awal sehingga rencana penyerangan Mataram ini diketahui Belanda.
- Akibat penghianatan oleh salah seorang pribumi, sehingga rencana penyerangan ini diketahui Belanda sebelumnya.

b. Bidang Ekonomi
Kemajuan dalam bidang ekonomi meliputi hal-hal berikut ini:

- Sebagai negara agraris, Mataram mampu meningkatkan produksi beras dengan memanfaatkan beberapa sungai di Jawa sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan pemindahan penduduk (transmigrasi) dari daerah yang kering ke daerah yang subur dengan irigasi yang baik. Dengan usaha tersebut, Mataram banyak mengekspor beras ke Malaka.
- Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam di pesisir Jawa tidak hanya menambah kekuatan politik,tetapi juga kekuatan ekonomi. Dengan demikian ekonomi Mataram tidak semata-mata tergantung ekonomi agraris, tetapi juga karena pelayaran dan perdagangan.

c. Bidang sosial Budaya
Kemajuan dalam bidang sosial budaya meliputi hal-hal berikut:
 

a. Timbulnya kebudayaan kejawen
Unsur ini merupakan akulturasi dan asimilasi antara kebudayaan asli Jawa denganIslam. Misalnya upacara Grebeg yang semula merupakan pemujaan roh nenek moyang. Kemudian, dilakukan dengan doa-doa agama Islam. Sampai kini, di jawa kita kenal sebagai Grebeg Syawal, Grebeg Maulud dan sebagainya.

b. Perhitungan Tarikh Jawa
Sultan Agung berhasil menyusun tarikh Jawa. Sebelum tahun 1633 M, Mataram menggunakan tarikh Hindu yang didasarkan peredaran matahari (tarikh syamsiyah).Sejak tahun 1633 M (1555 Hindu), tarikh Hindu diubah ke tarikh Islam berdasarkan peredaran bulan (tarikh komariah). Caranya, tahun 1555 diteruskan tetapi dengan perhitungan baru berdasarkan tarikh komariah. Tahun perhitungan Sultan Agung ini kemudian dikenal sebagai“tahun Jawa”.
 

c. Berkembangnya Kesusastraan Jawa
Pada zaman kejayaan Sultan Agung, ilmu pengetahuan dan seni berkembang pesat,termasuk di dalamnya kesusastraan Jawa. Sultan Agung sendiri mengarang kitab yang berjudul Sastra Gending yang merupakan kitab filsafat kehidupan dan kenegaraan.Kitab-kitab yang lain adalah Nitisruti, Nitisastra, dan Astrabata. Kitab-kitab ini berisi tentang ajaran-ajaran budi pekerti yang baik.Pengaruh Mataram mulai memudar setelah Sultan Agung meninggal pada tahun 1645 M.Selanjutnya, Mataram pecah menjadi dua, sebagaimana
 isi Perjanjian Giyanti (1755) berikut:
- Mataram Timur yang dikenal Kesunanan Surakarta di bawah kekuasaan Paku Buwono III dengan pusat pemerintahan di Surakarta.
- Mataram Barat yang dikenal dengan Kesultanan Yogyakarta di bawah kekuasaan Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I dengan pusat pemerintahannya di Yogyakarta.Perkembangan berikutnya, Kesunanan Surakarta pecah menjadi dua yaitu Kesunanan dan Mangkunegaran (Perjanjian Salatiga 1757). Kesultanan Yogyakarta juga terbagi atas Kesultanan dan Paku Alaman. Perpecahan ini terjadi karena campur tangan Belanda dalam usahanya memperlemah kekuatan Mataram, sehingga mudah untuk di kuasai.Sultan Agung meninggal pada Februari 1646. ia dimakamkan di puncak Bukit Imogiri, Bantul ,Yogyakarta. Selanjutnya,Mataram diperintah oleh putranya, SunanTegalwangi, dengan gelar Amangkurat I ( 1646 – 1677). Dalam masa pemerintahan Amangkurat I, kerajaan mataram mulai mundur. Wilayah kekuasaan mataram berangsur-angsur menyempit karena direbut oleh kompeni VOC. Yang paling mengenaskan, pada tahun1675, Rade Trunajaya dari Madura memberontak. Pemberontakannya demikian tak terbendung, sampai-sampai Trunajaya berhasil menguasai keraton Mataram yang waktu ituteletak di Plered. Amangkurat terlunta-lunta mengungsi, dan akhirnya meninggal di Tegal.Sepeninggal Amangkurat I, Mataram dipegang oleh Amangkurat II yang menurunkanDinasti Paku Buwana di Solo dan Hamengku Buwana di Yogyakarta. Amangkurat II meminta bantuan VOC untuk memadamkan pemberontakan Trunajaya. Setelah berakhirnya Perang Giyanti (1755), wilayah kekuasaan mataram semakin terpecah belah. Berdasarkan perjanjian giyanti, mataram dipecah menjadi dua, yakni mataram sukrakarta dan mataram yogyakarta. Pada tahun 1757 dan 1813, perpecahan terjadi lagi dengan munculnya Mangkunegara dan pakualaman. Di masa pemerintahan Hindia Belanda, keempat pecahan kerajaan mataram ini disebut sebagai vorstenlanden. Saat ini, keempat pecahan Kesultanan Mataram tersebut masih melanjutkan dinasti masing-masing. Bahkan peran dan pengaruh pecahan mataram tersebut, terutama kesultanan Yogyakarta masih cukup besar dan diakui masyarakat.

Aspek Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk

Aspek Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan
 
Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi arus perdagangan Kerajaan Mataram. Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam. Di samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan adat istiadat Jawa yang disebut
 Hukum Surya Alam.E.

Puncak Kejayaan Mataram Islam
Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya pada jaman Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1646). Daerah kekuasaannya mencakup Pulau Jawa (kecuali Banten dan Batavia), Pulau Madura, dan daerah Sukadana di Kalimantan Barat. Pada waktu itu, Batavia dikuasai VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie ) Belanda.Kekuatan militer Mataram sangat besar. Sultan Agung yang sangat anti kolonialisme itumenyerang VOC di Batavia sebanyak dua kali (1628 dan 1629). Menurut Moejanto sepertiyang dikutip oleh Purwadi (2007), Sultan Agung memakai konsep politik keagungbinataran yang berarti bahwa kerajaan Mataram harus berupa ketunggalan, utuh, bulat, tidak tersaingi,dan tidak terbagi-bagi.

Kemunduran Mataram Islam
Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.

D. Silsilah Raja dan Sistem Pemerintahan Image and video hosting by TinyPic

1. Ki Ageng Pamanahan ( Ki Gede Pamanahan )
- Pendiri desa mataram tahun 1556
- bergelar Panembahan Senapati dibawah pimpinan anaknya
- Ki Pamanahan adalah putra Ki Ageng Henis, putra Ki Ageng Sela
- menikah dengan sepupunya sendiri, yaitu Nyai Sabinah, putri Nyai Ageng Saba (kakak perempuan Ki Ageng Henis).
- Ki Pamanahan dan adik angkatnya, yang bernama Ki Penjawi, mengabdi pada Hadiwijaya bupati Pajang (murid Ki Ageng Sela ) Keduanya dianggap kakak oleh raja dan dijadikan sebagai lurah wiratamtama di Pajang.
- Hadiwijaya singgah ke Gunung Danaraja. Ki Pamanahan bekerja sama dengan Ratu Kalinyamat membujukHadiwijaya supaya bersedia menghadapi Arya Penangsang. Sebagai hadiah, Ratu Kalinyamat memberikan cincin pusakanya kepada Ki Pamanahan.
 
- Meninggal tahun 1584
2. Sutawijaya ( Danang sutawijaya )
- pendiri Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama pada tahun 1587-1601
- bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawa
- dianggap sebagai peletak dasar-dasar Kesultanan Mataram.
- putra sulung pasangan Ki Ageng Pamanahan dan Nyai Sabinah
- Menurut naskah-naskah babad, ayahnya adalah keturunan Brawijaya raja terakhir Majapahit, sedangkan ibunya adalah keturunan Sunan Giri anggota Walisanga
- Nyai Sabinah memiliki kakak laki-laki bernama Ki Juru Martani, yang kemudian diangkat sebagai patih pertama Kesultanan Mataram. Ia ikut berjasa besar dalam mengatur strategi menumpas Arya Penangsang pada tahun 1549.
- Sutawijaya juga diambil sebagai anak angkat oleh Hadiwijaya bupati Pajang sebagai pancingan, karena pernikahan Hadiwijaya dan istrinya sampai saat itu belum dikaruniai anak. Sutawijaya kemudian diberi tempat tinggal di sebelah utara pasar sehingga ia pun terkenal dengan sebutan Raden Ngabehi Loring Pasar.
- Sayembara menumpas Arya Penangsang tahun 1549 merupakan pengalaman perang pertama bagi Sutawijaya. Ia diajak ayahnya ikut serta dalam rombongan pasukan supaya Hadiwijaya merasa tidak tega dan menyertakan pasukan Pajang sebagai bala bantuan. Saat itu Sutawijaya masih berusia belasan tahun.
- meninggal dunia pada tahun 1601 saat berada di desa Kajenar. Ia kemudian dimakamkan di Kotagede.
3. Raden Mas Jolang ( Panembahan Hanyakrawati / Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram ) 
- raja kedua Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613
- putra Panembahan Senapati raja pertama Kesultanan Mataram. Ibunya bernama Ratu Mas Waskitajawi, putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati
- Ketika menjabat sebagai Adipati Anom (putra mahkota), Mas Jolang menikah dengan Ratu Tulungayu putri dari Ponorogo. Namun perkawinan tersebut tidak juga dikaruniai putra, kemudian menikah lagi dengan Dyah Banowati putri Pangeran Benawa raja Pajang. Dyah Banowati yang kemudian bergelar Ratu Mas Hadi melahirkan Raden Mas Rangsang dan Ratu Pandansari (kelak menjadi istri Pangeran Pekik). Empat tahun setelah Mas Jolang naik takhta, ternyata Ratu Tulungayu melahirkan seorang putra bernama Raden Mas Wuryah alias Adipati Martapura. Padahal saat itu jabatan adipati anom telah dipegang oleh Mas Rangsang.
- Pada tahun 1610 melanjutkan usaha ayahnya, yaitu menaklukkan Surabaya, musuh terkuat Mataram. Serangan-serangan yang dilakukannya sampai akhir pemerintahannya tahun 1613 hanya mampu memperlemah perekonomian Surabaya namun tidak mampu menjatuhkan kota tersebut. Serangan pada tahun 1613 sempat menyebabkan pos-pos VOC di Gresik dan Jortan ikut terbakar. Sebagai permintaan maaf, Hanyakrawati mengizinkan VOC mendirikan pos dagang baru di Jepara. Ia juga mencoba menjalin hubungan dengan markas besar VOC di Ambon.
- meninggal dunia pada tahun 1613 karena kecelakaan sewaktu berburu kijang di Hutan Krapyak. Oleh karena itu, ia pun terkenal dengan gelar
 anumerta Panembahan Seda ing Krapyak, atau cukup Panembahan Seda Krapyak, yang bermakna "Baginda yang wafat di Krapyak"
4. Raden Mas Rangsang (Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma )( nama asli : Raden Mas Jatmika )
- lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593 - wafat: Karta (Plered, Bantul), Kesultanan Mataram, 1645
- raja ketiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645
- Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan Nusantara pada saat itu.( puncak kejayaan )
- Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah ditetapkan menjadi pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal3 November 1975.
- putra dari pasangan Prabu Hanyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banawati.( putri Pangeran Benawa raja Pajang ( Dyah Banowati ))
- Pada tahun 1620 pasukan Mataram mulai mengepung kota Surabaya secara periodik.
- kemunduran kerajaan mataram Islam akibat kalah dalam perang merebut Batavia dengan VOC
 
- menyerang Batavia sebanyak 2x.
 
serangan pertama ( 1628 ) terjadi di benteng Holandia, dipimpin oleh Tumenggung Bahureksa, dan Pangeran Mandurareja sebanyak 10.000 pasukan akan tetapi gagal. Kegagalan serangan pertama diantisipasi dengan cara mendirikan lumbung-lumbung beras di Karawang dan Cirebon. Namun pihak VOC berhasil memusnahkan semuanya. Serangan kedua ( 1629 ) dipimpin Adipati Ukur dan Adipati Juminah Total semua 14.000 orang prajurit. serangan kedua Sultan Agung berhasil membendung dan mengotori Sungai Ciliwung, yang mengakibatkan timbulnya wabah penyakit kolera melanda Batavia. Gubernur jenderal VOC yaitu J.P. Coen meninggal menjadi korban wabah tersebut.
5. Amangkurat I (Sri Susuhunan Amangkurat Agung)
- Memerintah pada tahun 1646-1677
- Memiliki gelar anumertaSunan Tegalwangi atau Sunan Tegalarum
- Nama aslinya adalah Raden Mas Sayidin putra Sultan Agung. Ibunya bergelar Ratu Wetan, yaitu putri Tumenggung Upasanta bupatiBatang (keturunan Ki Juru Martani).
- Ketika menjabat Adipati Anom ia bergelar Pangeran Arya Prabu Adi Mataram.
- memiliki dua orang permaisuri. Putri Pangeran Pekik dari Surabaya menjadi Ratu Kulon yang melahirkan Raden Mas Rahmat, kelak menjadi Amangkurat II. Sedangkan putri keluarga Kajoran menjadi Ratu Wetan yang melahirkan Raden Mas Drajat, kelak menjadi Pakubuwana I.
- mendapatkan warisan Sultan Agung berupa wilayah Mataram yang sangat luas
- menerapkan sentralisasi atau sistem pemerintahan terpusat.
- Pada tahun 1647 ibu kota Mataram dipindah ke Plered. Perpindahan istana tersebut diwarnai pemberontakan Raden Mas Alit atau Pangeran Danupoyo, adik Amangkurat I yang menentang penumpasan tokoh-tokoh senior. Pemberontakan ini mendapat dukungan para ulama namun berakhir dengan kematian Mas Alit. Amangkurat I ganti menghadapi para ulama. Mereka semua, termasuk anggota keluarganya, sebanyak 5.000 orang lebih dikumpulkan di alun-alun untuk dibantai.
- Amangkurat I menjalin hubungan dengan VOC yang pernah diperangi ayahnya. Pada tahun 1646 ia mengadakan perjanjian, antara lain pihak VOC diizinkan membuka pos-pos dagang di wilayah Mataram, sedangkan pihak Mataram diizinkan berdagang ke pulau-pulau lain yang dikuasai VOC. Kedua pihak juga saling melakukan pembebasan tawanan. Perjanjian tersebut oleh Amangkurat I dianggap sebagai bukti takluk VOC terhadap kekuasaan Mataram. Namun ia kemudian tergoncang saat VOC merebut Palembang tahun 1659.
- hubungan diplomatik Mataram dan Makasar yang dijalin Sultan Agung akhirnya hancur di tangan putranya setelah tahun 1658. Amangkurat I menolak duta-duta Makasar dan menyuruh Sultan Hasanuddin datang sendiri ke Jawa. Tentu saja permintaan itu ditolak.
- tanggal 28 Juni 1677 Trunajaya berhasil merebut istana Plered. Amangkurat I dan Mas Rahmat melarikan diri ke barat.Babad Tanah Jawi menyatakan, dengan jatuhnya istana Plered menandai berakhirnya Kesultanan Mataram. Pelarian Amangkurat I membuatnya jatuh sakit dan meninggal pada 13 Juli 1677 di desa Wanayasa, Banyumas dan berwasiat agar dimakamkan dekat gurunya di Tegal
6. Amangkurat II (Nama asli Amangkurat II ialah Raden Mas Rahmat )
- putra Amangkurat I raja Mataram yang lahir dari Ratu Kulon putri Pangeran Pekikdari Surabaya.
- memiliki banyak istri namun hanya satu yang melahirkan putra (kelak menjadi Amangkurat III)
- Pada bulan September 1680 Amangkurat II membangun istana baru di hutan Wanakerta karena istana Plered diduduki adiknya, yaituPangeran Puger. Istana baru tersebut bernama Kartasura.
- Amangkurat II akhirnya meninggal dunia tahun 1703. Sepeninggalnya, terjadi perebutan takhta Kartasura antara putranya, yaituAmangkurat III melawan adiknya, yaitu Pangeran Puger.
- Pada bulan September 1677 diadakanlah perjanjian di Jepara. Pihak VOC diwakili Cornelis Speelman. Daerah-daerah pesisir utaraJawa mulai Kerawang sampai ujung timur digadaikan pada VOC sebagai jaminan pembayaran biaya perang Trunajaya.
- Mas Rahmat pun diangkat sebagai Amangkurat II, seorang raja tanpa istana. Dengan bantuan VOC, ia berhasil mengakhiri pemberontakan Trunajaya tanggal 26 Desember 1679. Amangkurat II bahkan menghukum mati Trunajaya dengan tangannya sendiri pada 2 Januari 1680.
7. Amangkurat III (Nama aslinya adalah Raden Mas Sutikna )
- memerintah antara tahun 1703– 1705.
- dijuluki Pangeran Kencet, karena menderita cacat di bagian tumit.
- Ketika menjabat sebagai Adipati Anom, ia menikah dengan sepupunya, bernama Raden Ayu Lembah putri Pangeran Puger. Namun istrinya itu kemudian dicerai karena berselingkuh dengan Raden Sukra putra Patih Sindureja.
- Raden Sukra kemudian dibunuh utusan Mas Sutikna, sedangkan Pangeran Puger dipaksa menghukum mati Ayu Lembah, putrinya sendiri. Mas Sutikna kemudian menikahi Ayu Himpun adik Ayu Lembah.
- Rombongan Amangkurat III melarikan diri ke Ponorogo sambil membawa semua pusaka keraton. Di kota itu ia menyiksa Adipati Martowongso hanya karena salah paham. Melihat bupatinya disakiti, rakyat Ponorogo memberontak. Amangkurat III pun lari ke Madiun. Dari sana ia kemudian pindah ke Kediri.
- Sepanjang tahun 1707 Amangkurat III mengalami penderitaan karena diburu pasukan Pakubuwana I. Dari Malang ia pindah ke Blitar, kemudian ke Kediri, akhirnya memutuskan menyerah di Surabaya tahun 1708.
- Pangeran Blitar, putra Pakubuwana I, datang ke Surabaya meminta Amangkurat III supaya menyerahkan pusaka-pusaka keraton, namun ditolak. Amangkurat III hanya sudi menyerahkannya langsung kepada Pakubuwana I.
- VOC kemudian memindahkan Amangkurat III ke tahanan Batavia. Dari sana ia diangkut untuk diasingkan ke Sri Lanka.
 
- Meninggal di negeri itu pada tahun 1734.
- Konon, harta pusaka warisan Kesultanan Mataram ikut terbawa ke Sri Lanka. Namun demikian, Pakubuwana I berusaha tabah dengan mengumumkan bahwa pusaka Pulau Jawa yang sejati adalah Masjid Agung Demak dan makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, Demak.
- Perang Suksesi Jawa I (1704–1708), antara Amangkurat III melawan Pakubuwana I.
- Perang Suksesi Jawa II (1719–1723), antara Amangkurat IV melawan Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya.
- Perang Suksesi Jawa III (1747–1757), antara Pakubuwana II yang dilanjutkan oleh Pakubuwana III melawan Hamengkubuwana I dan Mangkunegara I.


E. Peninggalan sejarah kerajaan mataram Islam : 
I . Sumber- Sumber Berita:
a. Babad Tanah Djawi
b. Babad Meinsma
c. Serat Kandha
d. Serat Centini
e. Serat Cabolek
f. Serat Dharma Wirayat
 (yang sangat populer sebagai karya Sri Paku Alam III.)
g. Serat Nitipraja
h. Babad Sangkala
i. Babad Sankalaniang Momana
j. Sadjarah Dalem
II. Seni dan Tradisi:
a. Sastra Ghending karya Sultan Agung
b. Tahun Saka
Pada tahun 1633, Sultan Agung mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun Islam yang berdasarkan perhitungan bulan
c. Kerajinan Perak
Perak Kotagede sangat terkenal hingga ke mancanegara, kerajinan ini warisan dari orang-orang Kalang.
Image and video hosting by TinyPic

d. Kalang Obong
Upacara tradisional kematian orang Kalang, upacara ini seperti Ngaben di Bali, tetapi upacara Kalang Obong ini bukan mayatnya yg dibakar melainkan pakaian dan barang-barang peninggalannya
Image and video hosting by TinyPic

e. KUE KIPO
Makanan tradisional ini sangat khas dan hanya ada di Kotagede, terbuat dari kelapa, tepung, dan gula merah.
Image and video hosting by TinyPic

f. Pertapaan Kembang Lampir
Kembang Lampir merupakan petilasan Ki Ageng Pemanahan yang terletak di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini merupakan pertapaan Ki Ageng Pemanahan ketika mencari wahyu karaton Mataram.
Image and video hosting by TinyPic

III. Bangunan- Bangunan, Benda Pusaka, dan Lainnya:
a. Segara Wana dan Syuh Brata
Adalah meriam- meriam yang sangat indah yang diberikan oleh J.P. Coen (pihak Belanda) atas perjanjiannya dengan Sultan Agung. Sekarang meriam itu diletakkan di depan keraton Surakarta dan merupakan meriam yang paling indah di nusantara
Image and video hosting by TinyPic

b. Puing - puing / candi- candi Siwa dan Budha di daerah aliran Sungai Opak dan Progo yang bermuara di Laut Selatan
c. Batu Datar di Lipura yang tidak jauh di barat daya Yogyakarta
d. Baju “keramat” Kiai Gundil atau Kiai Antakusuma
e. Masjid Agung Negara
Masjid Agung dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.
Image and video hosting by TinyPic

f. Masjid Jami Pakuncen
Masjid Jami Pekuncen yang berdiri di Tegal Arum, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, merupakan salah bangunan peninggalan Islam yang dibuat Sunan Amangkurat I sebagai salah satu tempat penting untuk penyebaran Islam kala itu.
g. Gerbang Makam Kota Gede
Gerbang ini adalah perpaduan unsur bangunan Hindu dan Islam.
Image and video hosting by TinyPic

h. Masjid Makam Kota Gede
Sebagai kerajaan Islam, Mataram memiliki banyak peninggalan masjid kuno, inilah masjid di komplek makam Kotagede yang bangunannya bercorak Jawa.
Image and video hosting by TinyPic

i. Bangsal Duda
Image and video hosting by TinyPic

j. Rumah Kalang
Image and video hosting by TinyPic

k. Makam Raja- Raja Mataram di Imogiri
Image and video hosting by TinyPic

Sejarah Kerajaan Islam Perlak dan Samudra Pasai

KERAJAAN PERLAK
A.    Sumber Sejarah Kerajaan

            Kerajaan Perlak dapat diketahui dari sumber – sumber yang di temukan yaitu antara lain Mata uang Kerajaan Perlak yaitu logam emas, logam perak, dan juga kuningan, di temukannya beberapa Makam raja, terdapat Stempel Kerajaan yang bunyinya yaitu “Al Wasiq Billah Negeri Bendahara Sannah 212”. Selain itu juga, diperkuat oleh bukti – bukti dari Sumber tertulis yaitu
Kitab Idharul Haq fi Mamlakatil Ferlah wal Fasi, dan Naskah Hikayat Aceh.
Bukti :
·         Naskah Hikayat Aceh mengungkapkan bahwa penyebaran Islam di bagian utara Sumatera dilakukan oleh seorang ulama Arab yang bernama Syaikh Abdullah Arif pada tahun 506 H atau 1112 M. Lalu berdirilah kesultanan Peureulak dengan sultannya yang pertama Alauddin Syah yang memerintah tahun 520 – 544 H atau 1161–1186 M. Sultan yang telah ditemukan makamnya adalah Sulaiman bin Abdullah yang wafat pada tahun 608 H atau 1211 M.
Chu-fan-chi, yang ditulis Chau Ju-kua tahun 1225, mengutip catatan seorang ahli geografi, Chou Ku-fei, tahun 1178 bahwa ada negeri orang Islam yang jaraknya hanya lima hari pelayaran dari Jawa. Mungkin negeri yang dimaksudkan adalah Peureulak, sebab Chu-fan-chi menyatakan pelayaran dari Jawa ke Brunai memakan waktu 15 hari. Eksistensi negeri Peureulak ini diperkuat oleh musafir Venesia yang termasyhur, Marco Polo, satu abad kemudian. Ketika Marco Polo pulang dari Cina melalui laut pada tahun 1291, dia singgah di negeri Ferlec yang sudah memeluk agama Islam.
·         Menurut kitab Idharul Haq Fi Mamlakat al-Perlak yang ditulis oleh Syekh Ishak Makarani al-Pasi, pada tahun 173 H (800 M) Bandar Perlak disinggahi oleh satu kapal yang membawa kurang lebih 100 orang da’i yang terdiri dan orang-orang Arab dan suku Quraish. Palestina. Persia, dan India di bawah pimpinan Nahkoda Khalifah sambil berdagang sekaligus berdakwah. Setiap orang mempunyai keterampilan khusus terutama di bidang pertanian, kesehatan. pemerintahan, strategi, dan taktik perang serta keahlian-keahlian lainnya. Ketika sampai di Perlak, rombongan Nahkoda Khalifah disambut dengan damai oleh penduduk dan penguasa Perlak yang berkuasa saat itu yakni Meurah Syahir Nuwi. Dengan cara dakwah yang sangat menarik, akhirnya Meurah Syahir Nuwi memeluk agama Islam sehingga menjadi raja pertama yang menganut Islam di Perlak.

B.     Sejarah Masuknya Islam

            Agama islam masuk ke Indonesia secara besar besaran terjadi sekitar abad XIV dan XV, masuk dan berkembanganya islam di Indonesia ini juga tidak lepas dari kerajaan-kerajaan islam di Indonesia, seperti kesultanan Samudra Pasai, Aceh Darussalam, Malaka, Demak, PajangMataram, Cirebon, Ternate dan lain-lain.
            Pada tahun 30 Hijriyah atau 651 masehi, Khalifah Usman bin Affan mengirim delegasi ke Cina. delegasi tersebut bertugas memperkenalkan agama islam. Waktu itu hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW. dalam perjalanan laut yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan usman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 Masehi, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat sumatra. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Agama Islam. Sejak saat itu, para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah. lambat laun penduduk pribumi mulai  memeluk agama islam, meskipun belum secara besar-besaran. Aceh daerah paling barat di kepulauan Nusantara adalah yang pertama kali menerima ajaran agama islam. bahkan di Aceh lah kesultanan atau kerajaan islam pertama di Indonesia berdiri, yakni kesultanan Perlak.
            Kesultanan Perlak adalah kerajaan islam pertama di Nusantara, kerajaan ini berkuasa pada tahun 840 hingga 1292 Masehi di sekitar wilayah Peureulak atau Perlak. Kerajaan Perlak terletak di pesisir timur daerah Aceh yang tepatnya berada di daerah Aceh Timur. Kini wilayah tersebut masuk dalam wilayah Aceh Timur, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Perlak Merupakan Suatu daerah penghasil kayu perlak, adalah kayu yang digunakan sebagai bahan dasar kapal. Posisi strategis dan hasil alam yang melimpah membuat perlak berkembang sebagai pelabuhan niaga yang maju pada abad VIII hingga XII. Sehingga, perlak sering disinggahi oleh jutaan kapal dari Arab, Persia, Gujarat, Malaka, Cina, serta dari seluruh kepulauan Nusantara. Karena singgahannya kapal - kapal asing itulah masyarakat islam berkembang, melalui perkawinan campur antara saudagar muslim dengan perempuan setempat. Pendiri kesultanan Perlak adalah sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Shah yang menganut aliran atau Mahzab Syiah. Ia merupakan keturunan pendakwah arab dengan perempuan setempat. Kerajaan perlak didirikannya pada tanggal 1 Muharram 225 H atau 840 masehi, saat kerajaan Mataram Kuno atau Mataram Hindu di Jawa masih berjaya. sebagai gebrakan mula-mula, sultan Alaiddin mengubah nama ibu kota kerajaan dari bandar Perlak menjadi Banda Khalifah sebagai penghargaan atas jasa Nahkoda Khalifah.
C.    Perkembangan dan pergolakan

            Ketika pemerintahan Sultan Alaiddin Sayid maulana Abbas Shah, sultan ketiga, ulama-ulama bermazhab Sunni mulai masuk ke perlak dan menebarkan pengaruh. setelah wafatnya sultan pada 363 H atau 913 masehi, terjadi ketegangan antara kaum Syiah dengan kaum Suni, sehingga selama dua tahun berikutnya kesultanan Perlak vakum kekuasaan, tidak memiliki sultan.
            Setelah masa dua tahun tersebut, kaum syiah memenangi persaingan, kemudian pada tahun 915 M atau 302 H, Sultan Alaiddin Sayid Maulana Ali Mughat Syah naik tahta. Pada akhir pemerintahannya, terjadi lagi ketegangan antara kaum Syiah dan kaum Sunni, yang kali ini membawa kaum sunni pada keunggulan. Akibatnya, para sultan berikutnya diangkat dari golongan Sunni.
            Tahun 956 masehi atau 362 H, setelah meninggalnya Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Syah Johan berdaulat atau sultan ketujuh, terjadi lagi ketegangan selama kurang lebih empat tahun antara golongan Syiah dan Sunni, yang diakhiri dengan perdamaian dan pembagian kerajaan menjadi dua bagian ; yaitu Perlak Pesisir (Syiah) dipimpin oleh Sultan Alaiddin Sayid Maulana Syah (986 – 988) dan Perlak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan berdaulat (986 – 1023).
            Pada tahun 988, Kerajaan Sriwijaya Menyerang Perlak. Sultan Alaiddin Maulana Syah meninggal karena serangan itu. Namun demikian, sebagai akibatnya, seluruh perlak justru bersatu kembali di bawah pimpinan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Berdaulat. Sultan Makhdum melanjutkan perjuangan melawan kerajaan Budha Sriwijaya hingga tahun 1006. Para Sultan Perlak dapat dikelompokkan menjadi dua dinasti, yaitu Dinasti Sayid Maulana Abdul Azis Syah dan Dinasti Johan Berdaulat.
            Berita dari marcopolo menyebutkan, pada saat persinggahannya di Pasai pada tahun 692 H atau 1292 M, telah banyak ulama arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Batuttah, Pengembara Muslim dari Maghribi (sekarang maroko). Ketika Singgah di aceh pada tahun 746 H atau 1345 M, ibnu Batuttah menuliskan bahwa di Perlak dan Pasai telah tersebar Mazhab Syafi’i.
            Pada awal abad ke-13 di Ujung barat Sumatra berdiri kerajaan baru di bawah Sultan Malik Al-Saleh, bernama Samudra Pasai. Sementara di malaka, seorang pangeran asal Sri Wijaya membangun kerajaan baru bernama Malaka. Artinya situasi politik saat itu sedang memanas. Untuk itu, Sultan Makhdum Alaiddin mallik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (1230 – 1267) sebagai sultan ke 17 menjalankan politik persahabatan. Jalan yang ia tempuh adalah dengan menikahkan dua orang putrinya dengan para penguasa negeri tetangga. Putri ratna Kamala dinikahkannya dengan raja kerajaan Malaka yaitu Sultan Muhammad Syah Parameswara, sementara itu ganggang dinikahkan dengan raja kerajaan Samudra Pasai, malik Al-Saleh. Meski telah menjalankan politik damai dengan mengikat persaudaraan, ketegangan politik itu rupanya tetap saja mengancam kedaulatan kesultanan Perlak. Perlak goyah, Sultan makdum Aliddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (1267 – 1292) menjadi sultan yang terakhir. Setelah ia meninggal, perlak disatukan dengan kerajaan Samudra Pasai di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Malik Al-Zahir, putra Al-Saleh.
D.    Masa Permusuhan Sunni-Syiah

            Sejarah keislaman di Kesultanan Perlak tidak luput dari persaingan antara kelompok Sunnidan Syiah. Perebutan kekuasaan antara dua kelompok Muslim ini menyebabkan terjadinya perang saudara dan pertumpahan darah. Silih berganti kelompok yang menang mengambil alih kekuasaan dari tangan pesaingnya. Aliran Syi‘ah datang ke Indonesia melalui para pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia. Mereka masuk pertama kali melalui Kesultanan Perlak dengan dukungan penuh dari dinasti Fatimiah di Mesir. Ketika dinasti ini runtuh pada tahun 1268, hubungan antara kelompok Syi‘ah di pantai Sumatera dengan kelompok Syi‘ah di Mesir mulai terputus. Kondisi ini menyebabkan konstelasi politik Mesir berubah haluan. Dinasti Mamaluk memerintahkan pasukan yang dipimpin oleh Syaikh Ismail untuk pergi ke pantai timur Sumatra dengan tujuan utamanya adalah melenyapkan pengikut Syi‘ah di Kesultanan Perlak dan Kerajaan Samudera Pasai. Sebagai informasi tambahan bahwa raja pertama Kerajaan Samudera Pasai, Marah Silu dengan gelar Malikul Saleh berpindah agama, yang awalnya beragama Hindu kemudian memeluk Islam aliran Syiah. Oleh karena dapat dibujuk oleh Syaikh Ismail, Marah Silu kemudian menganut paham Syafii. Dua pengikut Marah Silu, Seri Kaya dan Bawa Kaya juga menganut paham Syafii, sehingga nama mereka berubah menjadi Sidi Ali Chiatuddin dan Sidi Ali Hasanuddin. Ketika berkuasa Marah Silu dikenal sebagai raja yang sangat anti terhadap pemikiran dan pengikut Syi‘ah. Aliran Sunni mulai masuk ke Kesultanan Perlak, yaitu pada masa pemerintahan sultan ke-3, Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah. Setelah ia meninggal pada tahun 363 H (913 M), terjadi perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni, yang menyebabkan kesultanan dalam kondisi tanpa pemimpin. Pada tahun 302 H (915 M), kelompok Syiah memenangkan perang. Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah dari aliran Syiah kemudian memegang kekuasaan kesultanan sebagai sultan ke-4 (915-918). Ketika pemerintahannya berakhir, terjadi pergolakan antara kaum Syiah dan Sunni, hanya saja untuk kali ini justru dimenangkan oleh kelompok Sunni. Kurun waktu antara tahun 918 hingga tahun 956 relatif tidak terjadi gejolak yang berarti. Hanya saja, pada tahun 362 H (956 M), setelah sultan ke-7, Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat meninggal, terjadi lagi pergolakan antara kelompok Syiah dan Sunni selama kurang lebih empat tahun. Bedanya, pergolakan kali ini diakhiri dengan adanya itikad perdamaian dari keduanya. Kesultanan kemudian dibagi menjadi dua bagian. Pertama, Perlak Pesisir (Syiah) dipimpin oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah (986 – 988). Kedua, Perlak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986 – 1023). Kedua kepemimpinan tersebut bersatu kembali ketika salah satu dari pemimpin kedua wilayah tersebut, yaitu Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah meninggal. Ia meninggal ketika Perlak berhasil dikalahkan oleh Kerajaan Sriwijaya. Kondisi perang inilah yang membangkitkan semangat bersatunya kembali kepemimpinan dalam Kesultanan Perlak. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat, yang awalnya hanya menguasai Perlak Pedalaman kemudian ditetapkan sebagai Sultan ke-8 pada Kesultanan Perlak. Ia melanjutkan perjuangan melawan Sriwijaya hingga tahun 1006. Sultan ke-8 sebenarnya berpaham aliran Sunni, namun sayangnya belum ditemukan data yang menyebutkan apakah terjadi lagi pergolakan antar kedua aliran tersebut.
E.     Kehidupan Sosial-Budaya

            Perlak dikenal dengan kekayaan hasil alamnya yang didukung dengan letaknya yang sangat strategis. Apalagi, Perlak sangat dikenal sebagai penghasil kayu perlak, yaitu jenis kayu yang sangat bagus untuk membuat kapal. Kondisi semacam inilah yang membuat para pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia tertarik untuk datang ke daerah ini. Masuknya para pedagang tersebut juga sekaligus menyebarkan ajaran Islam di kawasan ini.Kedatangan mereka berpengaruh terhadap kehidupan sosio-budaya masyarakat Perlak pada saat itu. Sebab, ketika itu masyarakat Perlak mulai diperkenalkan tentang bagaimana caranya berdagang.
            Pada awal abad ke-8, Perlak dikenal sebagai pelabuhan niaga yang sangat maju. Model pernikahan percampuran mulai terjadi di daerah ini sebagai konsekuensi dari membaurnya antara masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang. Kelompok pendatang bermaksud menyebarluaskan misi Islamisasi dengan cara menikahi wanita-wanita setempat. Sebenarnya tidak hanya itu saja, pernikahan campuran juga dimaksudkan untuk mengembangkan sayap perdagangan dari pihak pendatang di daerah ini.
F.     Kehidupan politik

            Sultan Perlak ke-17, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan berdaulat, melakukan politik persahabatan dengan negeri-negeri tetangga. Ia menikahkan dua orang puterinya, yaitu: Putri Ratna Kamala dinikahkan dengan Raja Kerajaan Malaka, Sultan Muhammad Shah (Parameswara) dan Putri Ganggang dinikahkan dengan Raja Kerajaan Samudera Pasai, Malik al-Saleh.
Silsilah raja – raja yang pernah memerintah dikerajaan Perlak adalah sebagai berikut :
Dinasti Saiyid Maulana :
1.      Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abdul-Aziz Syah, memerintah pada tahun 225-249 H (840-864 M).
2.      Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abdur-Rahim Syah, memerintah pada tahun 249-274 H (864-888 M).
3.      Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abbas Syah, memerintah pada tahun 274-300 H (888-913 M).
4.      Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Ali Mughayah Syah, memerintah pada tahun 302-305 H (915-918 M).

Dinasti Makhdum Johan Berdaulat :

Raja-raja Dinasti Makhdum Johan Berdaulat adalah turunan dari Meurah Perlak asli (Syahir Nuwi).
1.      Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul-Kadir Syah Johan Berdaulat, memerintah tahun 306-310 H (918-922 M).
2.      Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 310-334 H (922-946 M).
3.      Sultan Makhdum Alaiddin Abdul-Malik Syah Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 334-361 H (946-973 M).
4.      Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Mahmud Syah sebagai sultan yang memerintah pada tahun 365-377 H (976-988 M) dari Dinasti Saiyid Maulana.
5.      Sultan Makdhum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat sebagai sultan yang memerintah pada tahun 365-402 H (976-1012 M) dari dinasti Makhdum Johan Berdaulat.
6.      Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 402-450 H (1012-1059 M).
7.      Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Syah Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 450-470 H (1059-1078 M).
8.      Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Syah Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 470-501 H (1078-1108 M).
9.      Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Syah Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 501-527 H (1108-1134 M).
10.  Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Syah II Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 527-552 H (1134-1158 M).
11.  Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Syah Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 552-565 H (1158-1170 M).
12.  Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Syah Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 565-592 H (1170-1196 M).
13.  Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Syah Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 592-622 H (1196-1225 M).
14.  Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat, memerintah pada tahun 622-662 H (1225-1263 M).
15.  Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat, yang memerintah pada tahun 662-692 H (1263-1292 M).

            Masa pemerintahan Islam Perlak berlangsung selam 467 tahun dari tahun 225-692 H. Kerajaan Islam Perlak lahir bertepatan dengan masa pemerintahan Al-Muktashim Billah, khalifah Abbasiyah terkahir yang memerintah tahun 218-227 H(833-842 M). Sampai awal abad ke-10 tercatat empat orang raja yang memerintah Kerajaan Islam Perlak, yaitu: Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah (225-249 H /840-864 M),Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abdurrahim Syah (249-285 H/ 864-888 H), SultanAlaiddin Saiyid Maulana Abbas Syah (285-300 H / 888-913 H), Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Ali Mughaiyat Syah (302-305 H/ 915-918 M).
G.    Kehidupan ekonomi

            Kerajaan Perlak merupakan negeri yang terkenal sebagai penghasil kayu Perlak, yaitu kayu yang berkualitas bagus untuk kapal. Tak heran kalau para pedagang dari Gujarat, Arab dan India tertarik untuk datang ke sini. Pada awal abad ke-8, Kerajaan Perlak berkembang sebagai bandar niaga yang amat maju. Kondisi ini membuat maraknya perkawinan campuran antara para saudagar muslim dengan penduduk setempat. Efeknya adalah perkembangan Islam yang pesat dan pada akhirnya munculnya Kerajaan Islam Perlak sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia.
H.    Penggabungan dengan Samudera Pasai

            Sultan ke-17 Perlak, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat (memerintah 1230 – 1267) menjalankan politik persahabatan dengan menikahkan dua orang putrinya dengan penguasa negeri tetangga Peureulak:
• Putri Ratna Kamala, dikawinkan dengan Raja Kerajaan Malaka, Sultan Muhammad Shah (Parameswara).
• Putri Ganggang, dikawinkan dengan Raja Kerajaan Samudera Pasai, Al Malik Al-Saleh.
Sultan terakhir Perlak adalah sultan ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (memerintah 1267 – 1292). Setelah ia meninggal, Perlak disatukan dengan Kerajaan Samudera Pasai di bawah pemerintahan sultan Samudera Pasai, Sultan Muhammad Malik Al Zahir, putra Al Malik Al-Saleh.

f.    Faktor kemajuan
Beberapa faktor penyebab kemajuaan kerajaan ini adalahKerajaan Perlak mengalami masa kejayaan dimana hal ini di sebabkan karena pusat pelayaran dan perdagangan strategis,karena terletak di tepi selat Malaka.
g.   Faktor kemunduran
Kerajaan perlak mengalami kemunduran karena adanyan perkembangan kerajaan Malaka sehingga pusat pelayaran perdagangan beralih ke Malaka





















KERAJAAN SAMUDRA PASAI

            Sejarah kerajaan Samudra Pasai, tidak terlepas dari Islamisasi Nusantara, khususnya di Sumatra. Karakteristik agama Islam yang fleksibel dan dapat merakyat dikalangan masyarakat Indonesia menjadi salah satu faktor pendukung masuknya Islam di Nusantara. Bahkan sampai sekarang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Islamisasi itu sendiri berawal  kira-kira dari abad ke-7 sampai sekarang. Berita awal abad ke-16 M dari Tome pires dalam suma oriental (1512-1515) mengatakan bahwa di Sumatra, telah banyak kerajaan islam baik yang besar maupun yang kecil. Tetapi munculnya kerajaan Samudra Pasai itu sendiri pada abad ke-13, antara tahun 1270-1275.
            Samudra pasai sendiri didirikan oleh Sultan Malik as-Saleh. Sulatan Malik as-Saleh sendiri mendirikan kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13, dan menjadi raja pertama kerajaan Samudra Pasai, dan wafat pada tahun 696 H atau 1297 M, pada pemerintahannya masih belum terlihat tanda-tanda kejayaan yang signifikan, namun pada pemerintahannya setidaknya kerajaan Samudra pasai merupakan kerajaan yang besar dari wilayah Aceh sendiri.  Letak kerajaan Samudra Pasai kurang lebih 15 Km disebelah timur Lhoukseumawe, Nangroe Aceh. Diapit oleh sungai besar yaitu sungai Peusungan dan sungai Jambo Aye, jelasnya Kerajaan Samudra Pasai adalah daerah aliran sungai yang hulunya berasal jauh ke pedalaman daratan tinggi Gayo Kab. Aceh Tengah. Letaknya yang sangat strategis membuat Samudra pasai menjadi kerajaan yang besar dan berkembang pesat pada zaman itu.
            Kerajaan ini terbentuk dari kerajaan Samudra dan Pasai, samudra sebagai salah satu kerajaan yang dipimpin oleh sultan Malik as-Saleh, dan kerajaan Pasai adalah sebuah kerajaan baru setelah Samudra yang dibuka oleh Malik as-Saleh untuk putranya yang bernama Malik az-Zahir. Tumbuhnya kerajaan Islam Samudra Pasai sendiri tidak dapat dipisahkan dari letak geografisnya yang menjadi jalur pelayaran perdagangan internasional, yang membuatnya menjadi lalu lalang pra pedagang asing. Juga menjadi tempat transmigrasi oleh para pedagang asing, seperti Cina, Arab, India dan lain lain. Sebagai tempat jalur perdagangan Samudra Pasai juga menjadi persinggahan budaya dan agama. Namun tidak pula terlepas dari akulturasi budaya yang dihasilkan dari percampuran dua budaya.
            Sejak abad ke-9 sampai ke-11 M berita-berita pelayaran dan geografi Arab juga telah menambah sumber - sumber sejarah. Berita - berita itu, antara lain dari Ibnu Khurdazbih (850),Ya’qubi (875-880), Ibnu Faqih (902), Ibnu Rusteh (903), Ishaq Ibn Iman (lk.907), Muhammad Ibnu Zakariyya al-Razi, Abu Zaid dari sirat (lk. 916), Abu Dulaf (lk.940), Mas’udi (943), dan Buzurg Ibn Syahriyar (awal abad ke 10). Hal ini membuktikan bahwa islamisasi telah ada sebelum kerajaan Samudra Pasai didirikan. Oleh karena itu, sejak abad ke-7 dan ke-8 sampai abad ke-11 M di daerah pesisir selat Malaka dan juga di Cina Selatan tumbuh komunitas-komunitas muslim akibat islamisasi.
            Telah diketahui bahwa masa awal kerajaan Samudra Pasai ditandai dengan kepemimpinan sultan Malik as-Saleh yang merupakan raja pertama kerajaan Samudra Pasai. Pasai sendiri merupakan kerajaan yang besar pada saat itu, terbukti dengan reruntuhan-reruntuhan kerajaan Pasai yang diperkirakan merupakan kerajaan yang besar pada  masa itu. Selain itu Pasai juga merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara, bahkan pertama di Asia Tenggara, yang merupakan pusat penyebaran pertama kali di Indonesia dan Asia Tenggara. Selain sebagai kerajaan muslim yang pertama Pasai juga merupakan kerajaan yang menjadi jalur perdagangan dan mempunyai Bandar-bandar perdagangan yang mampu menyokong ekonomi ;pemerintahan..
            Kembali kepada masa awal, masa awal kerjaan Samudra Pasai ini tergolong tidak begitu terlihat. Selain itu perkembangan kerajaan ini bersifat perlahan-lahan. Walaupun begitu mata uang telah dikenal di kerajaan ini, sejak pemerintahan sultan Malik as-Saleh, yang dinami mata uang Dirham, yang juga dikenal sebagai mata uang negara Arab saat itu.
            Kerajaan ini mencapai masa kejayaan pada abad ke-14 Oleh Nazimuddin Al Kamil. Nazimuddin al Kamil mendirikan sebuah kerajaan di Pulau Sumatra bagian utara dengan tujuan utama untuk mempermudah dalam menguasai hasil perdagangan rempah-rempah. Nazimuddin al Kamil meletakkan dasar-dasar pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai berlandaskan hukum ajaran Islam. Di bawah pemerintahan beliau, kerajaan ini mengalami perkembangan yang pesat dan mencapai puncak kejayaannya, walaupun secara politis kerajaan ini masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit yang saat itu menjadi kerajaan terbesar. Kejayaan itu di buktikan dengan kemampuan kesultanan samudera pasai membuat mata uang emas pada masa Sultan Malik Al Dhahir (1297-1326) pada abad ke 13
            Pada awal abad ke-16 mungkin masa memuncaknya kerajaan Samudra Pasai sebagaimana diberitakan oleh Tome Pires (1512-1515) tengah mengalami berbagai kemajuan dibidang politik pemerintahan, di bidang keagamaan, terutama di bidang pertanian dan perdagangan. Adapun Pasai yang selalu menjalin hubungan persahabatan dengan kerajaan lain, seperti Malaka yang saat itu Malaka menjadi pusat perdagangan Dunia, yang diikuti pula pernikahan antara raja-raja malaka dengan para putri Pasai.

            Keadaan masyarakat Pasai jelas sekali, menggantungkan kehidupan lewat pelyaran dan perdagangan. Karena sebagai kerajaan maritim memungkinkan masyarakat pasai menjadi salah satu pelaku dalam perdagangan dan pelayaran. Terlebih lagi Samudra Pasai mempunyai Bandar-bandar yang bisa menjadi tempat singgah untuk ppara pedagang asing. Dan pajak yang dikenakan oleh pemerintah Samudra Pasai kepada para pedagang sesuai dengan apa yang dijuanya. Memungkinkan masyarakat mampu untuk bertahan.

            Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan pertama yang ada di Indonesia, sebagai kerajaan yang besar pada saat itu,  kerajaan Samudra Pasai berkembang dalam beberapa bidang, yaitu:

1.         Perdagangan
      Yang merupakan perdagangan internasional, Pasai mempunyai Bandar-bandar yang dapat menjadi persinggahan para pedagang asing dan mereka juga membayar uang pajak untuk Pasai
2.         Pelayaran
      Sebagai kerajaan maritime, pastinya Pasai mempunya keunggulan dalam bidang pelayaran dan nelayan. Maka dari itu masyarakat Pasai, mayoritas ialah nelayan.
3.         Perekonomian
      Merupakan salah satu kemajuan Pasai dalm meraih kejayaannya, dan perekonomian Pasai telah terbantu dengan adanya perdagangan dan pelayaran, serta pajak dagang yang dikenakan bagi pedagang,
4.         Hubungan internasional dan politik
      Merupakan keterkaitan, yakni terjadi pula politik pernikahan, yang dilakukan oleh sultannya.
5.         Samudra Pasai sebagai pelopor keagamaan bagi Asia Tenggara khususnya Indonesia
            Masuknya Islam ke Pasai, belum diketahui secara pasti itu kapan, apa lagi bila masuknya Islam didasarkan pada mulainya terdapat penduduk muslim atau masyarakat muslim di sana. Namun bila didasarkan kepada lembaga politik, serta terbentuknya politik bercorakkan Islam, maka dapat dikatakan bahwa Islam masuk pada sekitar abad ke-13. Peranan penting yang dimainkan Pasai dalam persebaran Islam ke seluruh Nusantara dan bahkan ke kawasan Asia Tenggara dimungkinkan karena hubungan ini berkaitan dengan kegiatan perdagangan yang di dalamnya juga terdapat kegiatan para pedagang yang sekaligus bertindak sebagai pendakwah.
            Munculnya Malaka sebagai pusat perdagangan internasional tidak terlepas dari pengaruh Pasai sendiri, karena kedua kerajaan ini mengadakan hubungan persahabatan terlebih lagi setelah raja Paramisora yang menikahi putri Pasai dan mengganti namanya menjadi sultan Muhammad Iskandar, sebelumnya Samudra Pasai juga menjadi jaringan perdagangan internasional. Penyebab Samudra Pasai menjadi salah satu jaringan perdagangan ialah letaknya yang berdampingan atau dekat dengan pantai. Dan memungkinkan mudahnya pedagang-pedagang asing untuk singgah.
            Hubungan Samudra Pasai dengan daerah daerah lain di Indonesia seperti pulau Jawa, Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan, Lombok, dan Sumbawa. Dibuktikan dengan kesamaan bentuk makam di Pasai dan daerah itu sendiri. Seperti di Jawa makam Maulana Malik Ibrahim dengan makam sultanah Nahrasyiah. Hal ii membuktikan adanya persebaran Islam yang ada di Indonesia yang juga dipengaruhi oleh Samudra Pasai. Selain itu pengaruh Pasai dengan Malaka, merupakan bukti persebaran Islam di kawasan Asia Tenggara. Pengaruh Pasai juga berlangsung atas kedah, meskipun kedah juga berada dalam kekuasaan Siam, melalui Kedah para Muballigh Islam dari Pasai menyebarkan agama Islam di wilayah-wilayah Semenanjung Melayu, yang terletak lebih ke pedalaman sampai ke Trengganu.
6.         Pasai Dalam Jaringan Perdagangan Internasional
            Keterlibatan Pasai dengan jaringan perdagangan internasional, tidak terlepas dari letak kerajaan Samudra Pasai yang strategis untuk menjadi salah satu peserta dalam jaringan perdagangan internasional. Malaka sebagai pusat perdagangan internasional, sudah dimulai sejak awal abad Masehi. Sejak masa prasejarah Semenanjung Melayu telah mempunyai kedudukan penting dalam adanya jaringan perdagangan dengan menjadi jalur lalu lintas perdagangan internasional. Itu semua tidak terlepas dari letak geografis yang dimiliki oleh Semenanjung Melayu. Pelayaran oramg-orang Arab dan India sudah berlangsung sebelum berkembangnya agama Islam. Pada tahun 114 pelayaran pelayaran Arab berhasil ke India, meskipun dalam perjalanan pulangnya mereka dihantam badai besar di pantai Afrika. Setelah terjadi pelayaran di India, maka terjadilah Islamisasi di India, kemudia India juga mengenalkan Islam ke Indonesia

            Dari sisi kehidupan sosial budaya, masyarakat Pasai mempunyai kemiripan dengan pola kehidupan sosial budaya yang ada di Malaka (Malaysia). Kemiripan tersebut dapat kita lihat dari aspek bahasa yang digunakan dalam kehidupan bersosial. Tidak heran, jika selanjutnya bahasa yang digunakan di masyarakat Pasai adalah bahasa Melayu.
Sementara dalam aspek kehidupan sosial budaya, masyarakat Pasai juga mempunyai kemiripan dengan pola kehidupan sosial budaya masyarakat Malaka. Ketika terjadi kelahiran anak, maka selalu diadakan upacara kelahiran anak dan prosesi dan segala hal terkait dengan upacara tersebut. Demikian juga ketika masyarakat mempunyai hajat mengadakan pesta perkawinan, maka adat dan budaya yang mereka terapkan ada satu kemiripan dengan pesta yang diterapkan di Malaka. Ketika ada anggota masyarakat yang meninggal dunia, maka upacara kematian yang mereka selenggarakan identik dengan upacara yang dilaksanakan di Malaka.

            Menurunnya peranan Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Samudera Pasai. Di bawah kekuasaan Samudera Pasai, jalur perdagangan di Selat Malaka berkembang pesat. Banyak pedagang-pedagang dari Arab, Persia dan Gujarat yang berlabuh di Pidie, Perlak, dan Pasai. Pada masa raja Hayam Wuruk berkuasa, Samudera Pasai berada di bawah kendali Majapahit. Walau demikian Samudera Pasai diberi keleluasan untuk tetap menguasai perdagangan di Selat Malaka. Belakangan diketahui bahwa sebagian wilayah dari Kerajaan Majapahit sudah memeluk agama Islam. Karena letak Kerajaan Pasai pada aliran lembah sungai membuat tanah pertanian subur, padi yang ditanami penduduk Kerajaan Islam Pasai pada abad ke-14 dapat dipanen dua kali setahun, berikutnya kerajaan ini bertambah makmur dengan dimasukkannya bibit tanaman lada dari Malabar. Selain hasil pertanian yang melimpah ruah di dataran rendah, di dataran tinggi (daerah Pedalaman juga menghasilkan berbagai hasil hutan yang di angkut ke daerah pantai melalui sungai. Hubungan perdagangan penduduk pesisir dengan penduduk pedalaman adalah dengan sistem barter.
            Karena letaknya yang strategis, di Selat Malaka, di tengah jalur perdagangan India, Gujarat, Arab, dan Cina, Pasai dengan cepat berkembang menjadi besar. Sebagai kerajaan maritim, Pasai menggantungkan perekonomiannya dari pelayaran dan perdagangan. Kerajaan Samudera Pasai juga mempersiapkan bandar-bandarnya untuk melakukan hal-hal berikut :
a.       Penambahan perbekalan untuk pelayaran selanjutnya.
b.      Pengurusan masalah yang berkaitan dengan perkapalan.
c.       Pengumpulan barang-barang yang akan diekspor.
d.      Penyimpanan barang dagangan sebelum didistribusikan di wilayah Indonesia.
            Namun, karena faktor inilah kerajaan-kerajaan lain menjadi merasa tersaingi sehingga Kerajaan Samudera Pasai selalu menjadi incaran dan menjadi pusat perhatian. Letaknya yang strategis di Selat Malaka membuat kerajaan ini menjadi penghubung antara pusat-pusat dagang di Nusantara dengan Asia Barat, India, dan Cina. Salah satu sumber penghasilan kerajaan ini adalah pajak yang dikenakan pada kapal dagang yang melewati wilayah perairannya.Kerajaan Samudera Pasai pun lambat laun runtuh karena jatuh ke Kerajaan Malaka sehingga pusat perdagangannya dipindahkan ke Bandar Malaka.
            Berdasarkan catatan Ma Huan yang singgah di Pasai pada 1404, meskipun kejayaan Kerajaan Samudera Pasai mulai menurun seiring munculnya Kerajaan Aceh dan Malaka, namun negeri Pasai ini masih cukup makmur. Ma Huan adalah seorang musafir yang mengikuti pelayaran Laksamana Cheng Ho, pelaut Cina yang muslim, menuju Asia Tenggara (termasuk ke Jawa). Satu hal yang perlu kita pahami bahwa Kerajaan Pasai adalah menggarap aspek perdagangan sebagai sumber mata pencaharian negara. Bahkan, Kota Pasai adalah kota dagang. Perdagangan yang dilakukan di Kerajaan Pasai mengandalkan lada sebagai barang dagangan yang paling diandalkan.
            Di Kota Pasai ini, harga lada sudah sangat tinggi, 100 kati dibayar dengan perak seharga 1 tahil. Untuk lebih dipercaya, maka kesultanan menggunakan koin emas sebagai alat jual beli atau transaksi. Mata uang seperti ini disebut dengan dirham atau deureuham yang dibuat dari emas. Emas untuk mata uang ini adalah emas dengan kadar 70% murni dengan berat sekitar 0,60 gram. Koin emas ini dibuat dalam ukuran diameter 10 mm, dan mutu emasnya adalah 17 karat.
            Selain perdagangan, masyarakat Pasai juga menggeluti bidang pertanian. Padi mereka tanam di tanah ladang yang mampu dipanen selama dua kali dalam setahun. Di bidang peternakan, masyarakat juga memelihara sapi perah. Dari sapi perah ini, mereka mendapatkan keju setelah melakukan proses terhadap susu hasil pemerahan sapinya.
            Kemiripan inilah yang menyebabkan masyarakat Pasai dan masyarakat Malaka hubungannya dekat. Pada sisi lainnya, kemiripan yang terjadi di antara mereka sangat mempermudah penerimaan agama Islam di Malaka. Selanjutnya, keakraban di antara masyarakat Pasai dan Malaka semakin terbina ketika hubungan tersebut dipererat dengan adanya pernikahan antara putri kerajaan Pasai dengan Raja Malaka.
            Karena termasuk kerajaan Islam, maka gaya hidup dan keadaan sosial masyarakatnya pun kental dengan nilai-nilai Islam. Hukum yang dijalankan di kerajaan ini adalah hukum Islam. Pada pelaksanaannya, ditemukan banyak kemiripan antara kehidupan di sini dengan kehidupan masyarakat di Mesir maupun Arab. Dugaan yang muncul yang menjelaskan mengapa fenomena ini dapat terjadi adalah karena pemimpin sekaligus pendiri Kerajaan Samudera Pasai yang pertama, Nazimuddin al Kamil berasal dari wilayah Mesir. Daerah Aceh mendapatkan julukan serambi Mekah karena sistem kehidupan yang ada di sana, terutama kehidupan sosialnya banyak ditemukan persamaan dengan sistem kehidupan yang ada di daerah Arab.
            Peninggalan budaya dari kerajaan ini tidak banyak ditemukan, mengingat Kerajaan Samudera Pasai memiliki masyarakat yang banyak terjun ke dunia maritim. Walaupun banyak ditemukan bukti-bukti yang memperkuat adanya kerajaan yang berdiri di sana, namun bukti tersebut tidak semuanya berasal dari Kerajaan Samudera Pasai. Selain penemuan makam-makam raja yang pernah menjadi pemimpin di Samudera Pasai, tidak ditemukan lagi bukti lain yang menunjukkan perkembangan seni budaya masyarakatnya.
F.      Kehidupan Politik

            Kapan waktu tepat berdirinya Kerajaan Samudera Pasai memang belum dapat disimpulkan, mengingat adanya berbagai teori yang membahas tahap masuknya Islam di Indonesia. Akan tetapi, berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari para ahli yang didapat dari hasil analisis berbagai macam teori di atas, para peneliti mendapat bukti yang menunjukkan perkembangan kekuasaan kesultanan Samudera Pasai pada saat itu, di antaranya bahwa Nazimuddin al Kamil adalah pendiri Kerajaan Samudera Pasai.
            Beliau seorang laksamana laut yang berasal dari Mesir dan pada tahun 1238 mendapatkan perintah untuk melakukan perebutan pelabuhan Kambayat di Gujarat yang saat itu menjadi pusat pemasaran barang-barang perdagangan dari timur. Nazimuddin al Kamil juga mendirikan sebuah kerajaan di Pulau Sumatra bagian utara dengan tujuan utama untuk mempermudah dalam menguasai hasil perdagangan rempah-rempah. Nazimuddin al Kamil meletakkan dasar-dasar pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai berlandaskan hukum ajaran Islam.
            Di bawah pemerintahan beliau, kerajaan ini mengalami perkembangan yang pesat dan mencapai puncak kejayaannya, walaupun secara politis kerajaan ini masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit yang saat itu menjadi kerajaan terbesar. Sultan Malik al Saleh melanjutkan tonggak pemerintahan Nazimuddin al Kamil mulai 1285-1297 M. Diketahui bahwa Sultan Malik al Saleh berubah mahzab dari aliran Syi’ah menjadi aliran penganut mahzab Syafi’i.
            Dalam masa pemerintahan beliau, pernikahannya dengan Putri Ganggang Sari turut menjadi faktor yang membuat kedudukan kerajaan ini lebih kuat di wilayah timur sehingga Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan di Selat Malaka. Perkembangan Kerajaan Samudera Pasai jika ditinjau dari segi peta politik, yang mana diketahui bahwa kemunculan Kerajaan Samudera Pasai muncul pada abad 13 M itu sejalan dengan mundurnya peranan maritim Kerajaan Sriwijaya, yang sebelumnya memegang peranan penting di kawasan Sumatera dan sekelilingnya. Dalam Hikayat Raja-raja Pasai disebutkan gelar Malik al-Saleh sebelum menjadi raja adalah Merah Sile atau Merah Selu.
            Beliau masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syaikh Ismail, seorang utusan Syarif Mekkah, yang kemudian memberinya gelar Sultan Malik al-Saleh. Nisan kubur itu didapatkan di Gampong Samudera bekas kerajaan Samudera Pasai tersebut. Merah Selu adalah Putra Merah Gajah. Nama Merah merupakan gelar bangsawan yang lazim di Sumatera Utara. Selu kemungkinan berasal dari kata Sungkala yang aslinya berasal dari Sanskrit Chula. Kepemimpinan yang menonjol menempatkan dirinya menjadi raja. Merah Silu yang semula menganut aliran Syiah berubah menjadi aliran Syafi’i. Sultan Malikul Saleh digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Malikul Zahir, sedangkan putra keduanya yang bernama Sultan Malikul Mansur memisahkan diri dan kembali menganut aliran Syiah.
            Dari hikayat itu, terdapat petunjuk bahwa tempat pertama sebagai pusat Kerajaan Samudera Pasai adalah Muara Sungai Peusangan, sebuah sungai yang cukup panjang dan lebar di sepanjang jalur pantai yang memudahkan perahu-perahu dan kapal-kapal mengayuhkan dayungnya ke pedalaman dan sebaliknya. Ada dua kota yang terletak berseberangan di muara sungai Peusangan itu, yaitu Pasai dan Samudera. Kota Samudera terletak agak lebih ke pedalaman, sedangkan kota Pasai terletak lebih ke muara. Di tempat terakhir inilah terletak beberapa Makam raja-raja. Adapun raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Samudera Pasai sebagai berikut:
A.    Dinasti Meurah Giri :
1.      Maharaja Mahmud Syah (1042-1078)
2.      Maharaja Mansur Syah (1078-1133)
3.      Maharaja Ghiyasyuddin Syah (1133-1155)
4.      Maharaja Nurdin (1155-1210)
B.     Dinasti Malikul-Dhahir :
1.      Sultan Alaiddin Malikussalih (1261-1295)
2.      Sultan Muhammad malikud-Dhahir (1295-1326)
3.      Sultan Ahmad Malikud-Dhahir (1326-1350)
4.      Sultan Zainul-Abidin Malikud-Dhahir (1350-1394)
5.      Maharaja nagur Rabbath Abdul Kadir Syah (1394-1400)
6.      Sultanah Nihrasiyah Khadiyu (1400-1428)
G.    Kehidupan Agama

            Sebenarnya, jika kita telaah pola kehidupan masyarakat dan diorientasikan pada religiusitasnya, maka mayoritas Islam adalah agama yang mereka anut. Mereka menganut agama Islam sebagai agama negara, tetapi sisa-sisa pengaruh kerajaan Majapahit yang pernah menguasai atau mengalahkannya masih ada. Oleh karena itu, kehidupan beragama masyarakatnya masih turut mewarnainya. Beberapa elemen masyarakat masih ada yang beragama Hindu dan juga Budha.
            Bahkan, karena orientasi kehidupan beragama masyarakatnya, maka kerajaan ini dijadikan sebagai pintu gerbang kehidupan beragama Islam di Indonesia. Kerajaan ini adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia. Tidak sekadar karena letak geografisnya yang diujung pulau Sumatera, lantas kerajaan ini dianggap sebagai pintu gerbang masuknya agama Islam ke Indonesia. Pada saat itulah, banyak sekali Syech yang datang ke wilayah ini terlebih dahulu sebelum kemudian menyebar ke wilayah-wilayah Indonesia lainnya. Keberadaan kerajaan ini  memang sangat penting terkait dengan proses penyebaran agama Islam.
H.    Keruntuhan Kerajaan Samudra Pasai

            Pada abad ke-15 kerajaan Samudra Pasai kehilangan kekuasaan perdagangan atas Selat Malaka, dan kemudian dikacaukan Portugis pada tahun 1511-20. Akhirnya kerajaan ini dihisab kesultanan Aceh  yang timbul tahun 1520-an. Warisan peradaban Islam internasionalnya diteruskan dan dikembangkan di Aceh. Hancur dan hilangnya peranan Kerajaan Pasai dalam jaringan antarbangsa ketika suatu pusat kekuasan baru muncul di ujung barat pulau Sumatera, yakni Kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan ini muncul pada abad 16 Masehi. Kerajaan Islam yang dipimpin oleh Sultan Ali Mughayat Syah kala itu menaklukkan Kerajaan Pasai sehingga wilayah Pasai dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Islam Darussalam. Kerajaan Islam Samudera Pasai akhirnya dipindahkan ke Aceh Darussalam (sekarang Banda Aceh).
            Runtuhnya kekuatan Kerajaan Pasai sangat berkaitan dengan perkembangan yang terjadi di luar Pasai, tetapi lebih dititikberatkan dalam kesatuan zona Selat Malaka. Walaupun Kerajan Islam Pasai berhasil ditaklukan oleh Sultan Asli Mughayat Syah, peninggalan dari kerajaan kecil tersebut masih banyak dijumpai sampai saat ini di Aceh bagian utara. Pada tahun 1524 M setelah Kerajaan Aceh Menakhlukan Kesultanan Samudera Pasai tradisi mencetak deurham menyebar keseluruh wilayah Sumatera, bahkan semenanjung Malaka.  Derham tetap berlaku sampai bala tentara Nippon mendarat di Seulilmeum, Aceh Besar pada tahun 1942.
            Kehancuran kerajaan terjadi akibat adanya perang saudara. Perang saudara ini diawali dengan pertikaian-pertikaian di antara keluarga kerajaan. Ini merupakan tanda-tanda kehancuran kerajaan Pasai. Pertikaian-pertikaian tersebut menumbuhkan pemberontakan terhadap raja yang berkuasa. Karena merasa tidak mampu menghadapi pemberontakan, maka Sultan Pasai meminta tolong Sultan Malaka untuk memberangus pemberontakan tersebut.
            Pada tahun 1521, Kesultanan Pasai akhirnya harus runtuh dan takluk pada Portugal yang telah menguasai Malaka terlebh dahulu. Pada tahun 1524, wilayah kerajaan Pasai menyatu dengan Kesultanan Aceh. Maka, sejak saat itulah, kita kehilangan Kerajaan Islam yang kita kenal dengan nama Samudera Pasai  dengan segala kebanggaan atas pencapaian kondisi kehidupan masyarakatnya. Hal ini sangat membuktikan bahwa kehancuran sebuah negara dapat terjadi, jika di dalam negara tersebut sudah tidak ada lagi kebersamaan. Ketika tidak ada lagi kesesuaian visi dan mengapungnya egoisme diri, maka pada saat itulah indikasi kehancuran sudah ada di ambang diri. Ini merupakan peringatan bagi kita bahwa untuk menjaga kebersamaan dan kesatuan merupakan hal yang sangat sulit. Tetapi, jika kita berhasil menjaga, maka kesolidan akan menjadikan kita mencapai kondisi puncak.